Perilaku kriminal sering dipersalahkan pada kejadian
atau trauma masa kecil. Namun, kemampuan menjadi pencuri berakar pada
perkembangan yang terjadi saat berada dalam rahim. Penyelidikan
menunjukkan, pada saat kehamilan memasuki pekan ke-17, sidik jari pada janin
mulai tampak. Keunikan sidik jari sudah dikenali selama dua millennia dan
dipelajari selama dua abad. Namun, ilmuwan belum bisa
menjelaskan bagaimana sidik jari terbentuk. Model teori komputer baru
menunjukkan cara pola ini terbentuk. Sidik jari mulai terbentuk diawali pada
saat kehamilan menginjak pekan ke-10 saat panjang janin masih sekitar 80 mm.
Sidik jari melibatkan tiga fitur berbeda, lengkungan,
putaran dan beralur. Michael Kucken dan Alan Newell dari University of Arizona
menemukan, penciptaan pola sidik jari melibatkan ketegangan dalam selembar
kulit yang terjepit yang disebut lapisan basal. Pada janin,
lapisan basal tumbuh lebih cepat dari lapisan sekitarnya, epidermis di bagian
luar dan dermis bagian dalam. Lapisan basal melengkung dan melipat di beberapa
arah dan memaksa munculnya bentuk kompleks.
Tekanan tercipta pada batas kulit, termasuk kuku dan
lipatan buku serta menyusutnya bantalan ujung jari, ungkap laporan Kucken dan
Newell yang dimuat dalam edisi jurnal Europhysics Letters.“Lipatan ini
menyandikan pola sidik jari masa depan yang akan terlihat pada permukaan kulit
di pekan berikutnya,” papar Kucken. Karena pola sidik jari dikodekan di bawah
permukaan kulit, pola ini tak bisa dihancurkan oleh cedera kulit dangkal,
lanjutnya.
Namun, ia mengakui, bagaimana tepatnya pola tersebut
diawetkan selama pertumbuhan janin masih belum jelas. Model ini menegaskan
penjelasan 80 tahun yang belum pernah mendapatkan penerimaan. Sidik jari
merupakan hal aneh bagi ilmuwan. Bahkan, telapak tangan manusia secara
misterius berbeda dari bagian tubuh manusia lainnya dalam beberapa cara. “Tak
hanya ada sidik jari, pada telapak tangan kulitnya juga tebal,” ungkapnya. Selain itu,
terdapat kelenjar keringat yang lebih banyak dan tak ada folikel rambut, lanjut
Kucken. Kucken mengatakan, lekukan pada sidik jari mungkin berkaitan dengan
pembentukan alur otak, struktur tertentu dalam mata, dan bahkan folikel rambut.
Banyak rancangan alam secara matematis sama dengan
sidik jari. Termasuk, riak gundukan pasir, garis-garis ikan tropis, dan pola
cairan, papar Kucken. Salah satu fenomena serupa yang dikenal sebagai pusaran
Von Karman terjadi saat arus udara atau cairan bergerak dalam arah berlawanan. Proses itu
bisa menciptakan awan yang meringkuk secara fantastis. Serangga meminjam energi
dari vortisitas von Karman untuk diciptakan sayap mereka sendiri guna
meningkatkan kecepatan dan manuver. Tak semua pola beragam diciptakan
mekanisme sama, kata Kucken. Namun, hal ini bisa dijelaskan persamaan serupa.
Kesamaan ini membuat sulit untuk menemukan mekanisme fisik dibaliknya, terutama
pola biologis yang sangat kompleks.
“Penelitian kami menunjukkan, ketidakstabilan mekanis terkait beberapa
keadaan,” kata Kucken. Lebih lanjut, saat ini terdapat diskusi mengenai bukti
sidik jari harus tetap berlaku di pengadilan meski tak memiliki implikasi
langsung pada identifikasi sidik jari yang bisa membantu memberi landasan yang
lebih solid pada subyek masa depan, tutupnya.